Wednesday, March 2, 2011

Kesalahan-Kesalahan Berpikir (Intellectual Cul-De-Sac)

Kesalahan-Kesalahan Berpikir (Intellectual Cul-De-Sac)


Perubahan sosial yang bergerak melalui rekayasa sosial harus dimulai dengan perubahan cara berpikir. Mustahil ada perubahan ke arah yang benar kalau kesalahan berpikir masih menjebak benak kita.

Sampai detik ini, pengacauan intelektual secara intensif oleh oknum-okum yang menduduki posisi strategis pengambil kebijakan (baca: keputusan) masih terjadi dengan berbagai cara. Padahal, kita sepenuhnya tahu dan sadar bahwa pegeruhan dan pengacauan intelektual merupakan kekeliruan. Tapi apa boleh buat, itulah rekayasa yang telah dimanipulasi.

Oleh karena itu, kita perlu membicarakan berbagai kesalahan pemikiran dalam memperlakukan masalah sosial. Secara umum kesalahan-kesalahan berpikir (intellectual cul-de-sac) terbagi atas:

1.       Fallacy of dramatic instance,
Fallacy of dramatic instance berawal dari kecenderungan orang untuk over-generalisation. Yaitu, penggunaan satu-dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum. Argumen yang overgeneralized ini biasanya agak sulit dipatahkan karena seringkali diambil dari pengalaman pribadi seseorang.

Contohnya:
Aco adalah mahasiswa Teknik
Heril adalah mahasiswa Teknik
Heril sudah punya pacar
Jadi, Aco juga sudah punya pacar
(karena keduanya mahasiswa Teknik)

2.       Fallacy of retrospective determinism,
Cara berpikir ini selalu mengambil acuan “kembali ke belakang” atau “historis” (retrospective). Seakan-akan segala peristiwa sekarang sudah ditentukan didalam sejarah (determinism).

Contoh:
Dari dulu mahasiswa Teknik dan mahasiswa FISIP  selalu tawuran, mengapa sekarang harus repot-repot untuk berdamai. Padahal, tawuran sudah ada sejak jaman baheula.

3.       Post hoc ergo propter hoc,
Istilah ini berasal dari bahasa latin: post artinya sesudah; hoc artinya demikian; ergo artinya karena itu; propter artinya disebabkan; dan hoc artinya demikian. Singkatnya: sesudah itu – karena itu – oleh sebab itu. Jadi, apabila ada peristiwa yang terjadi dalam urutan temporal, maka kita meyatakan bahwa yang pertama adalah sebab dari yang kedua.

Contoh:
Zainul datang sesudah Jiadan. Maka Zainul dianggap sebagai sebab dan Jiadan sebagai akibat. Alasannya apa? Karena, urut-urutan waktunya begitu.

4.       Fallacy of misplaced concretness,
Misplaced berarti salah letak. Concretness artinya kekonkretan. Jadi, kesalahan berpikir ini muncul karena kita mengkronkretkan sesuatu yang pada hakikatnya abstrak.

Contoh:
Mengatakan bahwa “ini sudah takdir Allah” adalah mereifikasi sesuatu yang abstrak. Pembicaraan selesai sampai di situ jika kita mengatakan bahwa itu karena takdir Allah.

5.       Argumentum ad verecundiam,
Berargumen dengan menggunakan otoritas, walaupun otoritas itu tidak relevan (ambigu). Otoritas adalah sesuatu atau seseorang yang sudah diterima kebenarannya secara mutlak. Ada orang yang menggunakan otoritas untuk membela paham dan kepentingannya sendiri.

Contoh:
Jika si A menyatakan bahwa ayat sekian dari surah sekian dalam Al-Qur’an menjelaskan definisi kafir secara demikian, maka si A tadi telah telah melakukan kesalahan berfikir. Karena, ayat yang sama itu masih bisa ditafsirkan secara berlainan oleh orang lain.

6.       Fallacy of composition,
Fallacy of composition adalah dugaan bahwa terapi yang berhasil untuk satu orang pasti juga berhasil untuk semua orang.

Contoh:
Ali kuliah di Fakultas Teknik, setelah lulus ia bekerja di perusahaan asing dan sukses. Kesimpulannya, kalau begitu, semua orang harus kuliah di Fakultas Teknik agar sukses.

7.       Circular reasoning,
Circular reasoning artinya pemikiraan yang berputar-putar; menggunakan kesimpulan untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk menuju kesimpulan semula.

Contoh:
Eka: “Rio rajin kuliah, maka nilainya pasti bagus”.
Bima: “Apa buktinya Rio rajin kuliah?”
Eka: “Nilainya pasti bagus”.
Bima: “Kalau nilainya bagus, artinya?”
Eka: “Rio rajin kuliah”.



Mohon maaf jika ada salah-salah kata...
Mohon maaf jika copy-paste...


Credit to : Kang Jalal (Rekayasa Sosial)

0 comments:

Post a Comment